Terlambat finisih padahal tidak dalam perlombaan yang sama.

Masih inget ngga sih salah satu mata pelajaran di sekolah dasar dulu selalu ada topik tentang dampak baik dan buruk kemajuan iptek dan globalisasi, salah satu dampak buruknya selalu disebutkan kalau pertukaran informasi yang terlalu cepat dan tidak bisa dikendalikan.

Kalau ditelaah lagi, sekarang kita udah ada difase itu, masa dimana semua orang hidup berdampingan dengan iptek dan globalisasi. dan yang bahaya sebenarnya bukan pertukaran informasi yang tidak bisa dikendalikan. 

Tetapi pengaruh informasi dan teknologi yang secara tidak sadar akan membentuk karakter dari penggunanya, Beberapa tahun belakangan banyak kultur baru yang ntah darimana diserapnya yang jelas kultur-kultur ini bukan asli negara kita.

salah satu contohnya? bridal shower, acara perayaan dimana sahabat dari mempelai yang akan melakukan pernikahan memberikan gift atau kado, acara ini juga katanya sebagai bukti sayang dari sahabat mempelai.

Lantas, bagus dong kenapa acara bukti sayang dipermasalahkan?

Tidak dipermasalahkan, tapi kembali lagi karakter dari pengguna iptek atau spesifiknya sosial media akan dibentuk disini, dan sulitnya kalau hal-hal yang aslinya tidak begitu penting tapi dijadikan generalisasi cuma karena kebutuhan post dan pengakuan disosial media.

contoh kasus begini:

  • Mrs. A mengadakan acara bridal shower dan ditayangkan di instagram live, atau platform live lainnya. Mrs. A sebagai mempelai wanita mengundang teman-temannya sebagai bridesmaid.
  • Teman satu circle Mrs. A misalnya Mrs. G menghadiri acara bridal shower, foto-video diabadikan lagi ke social media, teman Mrs. G melihat foto tersebut mondar-mandir lewat timeline sosial media, yang kemudian membuatnya berpikir "oh kalau nikah sekarang tuh ada acara bridal-bridal gini ya, seru ya", Mrs. G dan temannya tadi mulai merancanakan acara yang sama untuk momen nikahannya nanti.

Terus menerus kejadian ini berulang sampai nanti terjadi pemikirian bahwa kalau nikah tanpa pakai bridal shower menjadi tidak seru, tidak lazim, dan tidak seperti biasanya. Padahal acara ini sendiri tidaklah wajib, cuma kebiasaan yang diulang-ulang dan secara tidak sadar menulari semua pengguna sosial media dan menjadi standar yang harus dilakukan jika ingin diakui.

sayangnya hal seperti ini gk hanya terjadi dikasus bridal shower, hampir semua trend disosial media sekarang secara tidak langsung menuntut penggunanya untuk paling tidak mempunyai identitas yang sama agar diakui sesama pengguna media sosial.

sebagai pengguna media sosial saya juga merasa tertuntut harus segera punya pasangan hidup, karena di umur yang seperempat abad ini 8 dari 10 konten dari sosial media yang saya lihat isinya adalah resepsi pernikahan, atau bahkan yang sudah menikah posting keseharian buah hatinya. 

Yasudah kenapa gk diskip aja jika ketemu konten-konten itu? 

sudah diskip, tapi akan selalu muncul lagi, saya sempat merencanakan untuk tidak pakai sosial media tersebut, tapi ya gimana, sekarang kerabat sudah jarang yang menyempatkan waktu untuk sekedar mengabari, lebih prefer memposting kesehariannya di media sosial, tidak munafik saya juga perlu tahu sedang apa dan ada info apasih dari kerabat saya? misal sekedar info warung kopi teman saya yang ramai pengunjung, atau adik-adik tingkat yang baru saja jadi junior di luar kota.

pernah lihat posting kerabat yang sudah bekerja diinstansi bergengsi, atau beli kendaraan roda 4 keluaran terbaru? atau beberapa adik tingkat yang sudah menikah sedangkan kamu masih memperjuangkan sesuatu yang lebih penting.

terpikirkah oleh kamu kalau seolah-olah kita terlambat belum punya mobil, terlambat nikah bahkan mungkin pacar pun belum punya, padahal sedang mengusahakan hal lain, kita tidak dalam perlombaan yang sama, tapi karena banyak kerabat dan bersamaan memposting 'finishnya' kita terlambat finish rasanya.

Comments

Popular posts from this blog

Ngeblog pakai bahasa formal atau informal ?

Waspada penjual domain TLD murah

Hobby Merawat bayi kura-kura Brazil / Red Eye Slider (RES)